
Pengendara roda dua dan roda empat yang melalui area Gatot Subroto (Gatsu) Barat tampak berkendara sesuai jalurnya.
Pantauan Kompas.com, Selasa (13/5/2025) siang, di area tersebut terlihat ramai kendaraan melintas, terutama roda empat.
Namun, tidak semacet seperti biasanya karena masih dalam suasana cuti bersama.
Setelah dipasang pembatas, para pengendara memang terlihat lebih mematuhi aturan dan teratur. Hanya saja, terpantau ada satu mobil berwarna hitam yang melawan arus.
Sebelumnya, viral video mobil hijau yang menghalangi kendaraan yang lawan arus di lokasi tersebut.
Pengemudi mobil hijau, Agung mengaku sengaja berada di jalur yang diambil alih para pelanggar itu sehingga mereka tidak bisa lewat dan terpaksa putar balik.
Bahkan, sempat ada pengemudi yang terlihat tidak mau mengalah dan tetap diam di posisinya.
Tingkah ugal-ugalan seperti itu seringkali menyebabkan kemacetan
“Semoga dipasang beton pembatas dari Simpang Cokro. Minimal sampai SPBU. Kalau bisa sampai Simpang Pidada,” kata Agung, Selasa (12/5/2025) malam.
Sementara itu, warga lainnya, yakni Titi (36) mengatakan, kemacetan memang terjadi hampir setiap hari, baik saat berangkat kerja maupun ketika pulang kerja.
Ia sehari-hari melintasi jalan tersebut.
“Itu jalurku tiap hari. Macet tiap hari, berangkat kerja dan pulang kerja. Jadi sudah kayak rutinitas saja. Alias energi sudah habis, akhirnya ya nikmati aja,” ujarnya, Senin (12/5/2025).
Menurutnya, untuk membuat kondisi jadi lebih baik, perlu kesadaran dari masyarakat. “Intinya adalah kesadaran. Kalau tidak ada itu, mau ada pembatas, ada polisi, kayaknya gak ngefek,” katanya.
Namun, menurut warga Kota Denpasar lainnya, Ni Wayan Nandaliana (36), sebenarnya pembatas bisa jadi solusi yang efektif.
Hanya saja, memang dalam kenyataannya, meskipun sudah ada pembatas, banyak pengendara yang tetap melawan arus.
“Enggak hanya warga lokal yang begini. Bule juga banyak yang melanggar, enggak pakai helm. Seakan aturan dan hukum disepelekan,” ujarnya.
Nanda menilai, hukum harus ditegakkan setegas mungkin.
Beri sanksi bagi para pelanggar. “Jangan ada lagi salam tempel,” katanya.