
Bali, yang dicanangkan Gubernur Bali, I Wayan Koster, masih memicu perdebatan di kalangan masyarakat.
Pedagang kecil menganggap kebijakan ini menyulitkan. Tetapi wisatawan asing memiliki pandangan cenderung mendukung peraturan tersebut karena dianggap bermanfaat bagi lingkungan dan kesehatan.
Diomar A Romero, seorang turis asal Miami yang sering berselancar, menyatakan dukungannya terhadap regulasi ini.
Ia mengungkapkan keprihatinan atas sampah yang sering ia temui di lautan.
“Saya rasa bagus ya. Sebagai seorang surfer, hal pertama yang saya lihat adalah sampah di air. Sampah-sampah itu banyak yang berupa botol plastik ukuran kecil,” ujarnya pada Senin (26/5/2025).
Pendapat serupa juga disampaikan Andrew Otiko, turis asal London, yang menilai gerakan pengurangan sampah plastik sangat positif.
“Terutama untuk alasan kesehatan ya. Apalagi kita tahu bahwa sekarang mikro plastik sudah ditemukan di darah dan otak manusia,” ungkapnya.
David, wisatawan asal California yang telah tinggal di Bali selama tiga tahun, juga berharap kemasan plastik kecil tidak lagi dijual.
“Gunakan botol minuman Anda sendiri atau beli sekalian air dalam botol ukuran besar. Less plastic!” tegasnya.
Antoine Clinton, turis asal South Carolina, menambahkan bahwa sudah saatnya Bali berhenti menggunakan plastik sekali pakai.
Ia yakin bahwa langkah ini tidak akan menjadi beban bagi pembeli maupun penjual ke depannya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Bali, I Gusti Ngurah Wiryanata, mengakui adanya tantangan dalam implementasi program pengurangan timbunan sampah plastik sekali pakai.
Ia menyatakan bahwa penanganan di pasar tradisional lebih sulit dibandingkan di mal atau toko modern.
“Di pasar tradisional, belum 100 persen bisa kita bersihkan. Tapi kita akan terus dorong sehingga perlahan-lahan menemukan pola yang pas,” ujarnya.