
Buleleng I Nyoman Sutjidra menginstruksikan semua Sekolah Menengah Pertama (SMP) agar tak menaikkan kelas siswa yang belum bisa baca.
Instruksi ini disampaikan Sutjidra menyusul temuan sebanyak 356 siswa SMP di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, yang belum bisa membaca.
“Kalau dari 300 sekian anak ini belum bisa membaca dan menulis, saya instruksikan kepada sekolah untuk tidak meloloskan ke jenjang berikutnya,” kata Sutjidra di Buleleng, Selasa (3/6/2025).
Ia menyebutkan, instruksi tersebut juga berlaku untuk semua sekolah dasar (SD). Sekolah diminta tidak menaikkan siswa ke jenjang berikutnya jika belum mampu membaca.
“Instruksi ini untuk di SD dan di SMP,” kata Sutjidra.
Instruksi yang ditujukan untuk mencegah kelulusan formal tanpa kompetensi ini sempat menuai penolakan dari sejumlah orangtua. Mereka khawatir anaknya gagal lulus dan tidak mendapatkan ijazah.
Namun, ia menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan memperbaiki kualitas pendidikan dan masa depan anak-anak di Buleleng.
“Kalau secara fisik dia normal belum bisa baca tulis, saya minta untuk diberikan pendampingan,” lanjutnya.
“Kan ada masalah psikologisnya mereka, yang kami tidak tahu itu. Astungkara (semoga) ini ada perbaikan,” imbuhnya.
Adapun tim dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) telah mendampingi ratusan siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis.
Sutjidra menyampaikan, sebagian besar siswa kini mulai menunjukkan kemajuan signifikan. Bahkan, untuk mereka yang sebelumnya diindikasikan mengalami kondisi borderline intellectual atau kapasitas intelektual di bawah rata-rata.
“Kalau borderline masih bisa. Asalkan harus telaten, harus intens pendampingan. Belum ada yang perlu penanganan ke SLB (Sekolah Luar Biasa). Cuma dari segi kemampuan intelektualnya yang kurang,” tutup dia.