
Bali sangat tergantung pada pasokan listrik dari luar pulau.
Sebagai daerah tujuan wisata, kebutuhan listrik Bali terus meningkat hingga 16 persen.
Gubernur Bali, I Wayan Koster menyebut, kebutuhan energi optimal harian yaitu 1.200 kWh, sedangkan ketersediaan energi adalah 1.400 kWh.
“Berarti sisa lagi 200 kWh untuk cadangan. Inilah ancamannya karena kebutuhan energi terus bertumbuh. Jadi PLTS Atap harus segera saya galakkan,” ujar Koster di Denpasar, Kamis (15/5/2025).
Pada periode kepemimpinan kedua ini, Koster mengakui bahwa dirinya tidak lagi bisa santai.
Harus bergerak cepat dan segera bertindak. Koster ingin Bali menjadi contoh dalam transisi energi di Indonesia.
Menurutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap adalah salah satu cara paling realistis dan cepat.
Kemandirian energi dengan energi bersih menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar lagi.
“Bali benar-benar perlu mandiri energi agar tidak terjadi blackout lagi seperti sebelumnya,” ucapnya.
Semua pihak didorong untuk segera menggunakan PLTS Atap, termasuk di gedung pemerintahan, perkantoran, hotel, vila, universitas, rumah sakit, mall, rumah tangga, hingga fasilitas umum.
Dalam mempercepat penggunaan PLTS Atap, Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan PLN Icon Plus, anak perusahaan dari PLN.
Nantinya, PLN Icon Plus akan menyediakan panel, pemasangan PLTS Atap, termasuk perencanaan teknis, instalasi, hingga pemeliharaan.
Program percepatan PLTS Atap yang diketuai oleh Prof. Ida Ayu Dwi Giriantari ini juga disebut sebagai upaya menghadapi krisis iklim dan mengurangi ketergantungan energi fosil.
Selain itu, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja hijau serta mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis energi bersih.