Str. Name 1
June 17, 2025
11 11 11 AM

BO55 – Kasus Pembunuhan Pacar di Bali, Psikolog: Ego Pelaku Tersenggol

Ni Ketut Jeni Adhi, S.Psi, M.Psi, Psikolog saat memberikan sosialisasi terkait kesehatan mental.

Lihat Foto

Korban ditemukan tak bernyawa di dalam mobil, di Jalan Kertha Dalem, Kota Denpasar, Bali, pada Jumat (2/5/2025) lalu. Saat ditemukan, wajah Remi lebam dan terlihat ada bercak darah di bagian paha.

Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polresta Denpasar akhirnya menangkap pelaku GW (28), yang tak lain merupakan pacar korban. Pelaku melakukan pembunuhan ini secara terencana.

“Tersangka merasa sakit hati karena di grup (aplikasi WhatsApp) driver, sempat korban mengatakan, ‘kau cuma mokondo’.”

Demikian kata Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Laorens Rajamangapul Heselo, saat jumpa pers di Mapolresta Denpasar pada Senin (5/5/2025) lalu.

Lantas, mengapa pelaku bisa sesadis itu terhadap pacarnya sendiri? Apakah benar hanya karena dipicu ucapan mokondo?

Owner Konsultan Psikologi Tema Insani Tabanan, Ni Ketut Jeni Adhi, S.Psi, M.Psi, Psikolog, menjelaskan, jika dilihat dari sisi psikologis, aspek kepribadian dari pelaku didominasi oleh egonya.

Insting pelaku untuk merusak, dalam hal ini membunuh, sudah begitu besar dan tidak diimbangi dengan nilai-nilai moral sebagai kontrol.

Latar belakang perkembangan kepribadian seseorang juga sangat berpengaruh terhadap respons yang diberikan, terutama ketika pelaku mengalami konflik dengan orang lain.

Coping (cara menyelesaikan masalah) dapat berfokus pada masalah atau pada emosi yang dialami.

“Istilah mokondo kan ditujukan pada seseorang secara finansial yang maunya cuma gratisan, numpang hidup, gak punya modal.”

“Sakit hati ini sebetulnya suatu konflik yang tidak diselesaikan, sehingga besar kemungkinan mencapai puncaknya, mengambil tindakan sadis,” ungkap Jeni, Minggu (11/5/2025).

Psikolog yang juga aktif di UPTD P3A (Pelayanan Sosial dan Perlindungan Perempuan dan Anak) bidang konseling psikologis di Kabupaten Tabanan ini turut merasa prihatin dan sangat sedih melihat adanya kasus seperti ini.

Ia menilai unsur-unsur kekerasan sangat kental dalam kasus ini.

Hubungan pacaran yang dijalin oleh pelaku dan korban tampak banyak menemui perselisihan, di mana respons masing-masing pihak tidak saling meneduhkan sehingga kekerasan terjadi.

“Pelaku yang merasa sakit hati dan kurang memiliki akal sehat serta tidak berpikir panjang mengambil tindakan sadis, membunuh,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *