Str. Name 1
June 30, 2025
11 11 11 AM

BO55 – Ini Penjelasan Psikolog Soal 375 Siswa SMP di Buleleng yang Tak Bisa Baca

Siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, yang tak bisa membaca, mengikuti tes kecerdasan atau IQ, Rabu (7/5/2025)

Lihat Foto

Pelaksanaan tes dipusatkan di SMP Negeri 1 Singaraja, dengan melibatkan tim psikologi Yayasan Pradnyagama.

Para siswa yang mengikuti tes berasal dari kelas VII, VIII, dan IX.

Psikolog dari Yayasan Pradnyagama, Retno Indaryati Kusuma, menjelaskan bahwa nilai kecerdasan normal berada pada angka 80.

Jika siswa memperoleh skor di bawah angka tersebut, maka bisa dipastikan mereka memiliki gangguan intelektual.

Sedangkan nilai di atas 80 bisa mengarah pada gangguan belajar seperti disleksia.

Psikolog yang juga berpraktik di RSUP Prof Ngoerah Denpasar ini menjelaskan bahwa secara fisik, anak-anak dengan gangguan intelektual tampak normal.

“Dari atas sampai bawah orang awam lihat normal saja memang tidak ada masalah gangguan fisik,” ujarnya, Rabu di Buleleng.

Namun dalam aspek penalaran, anak-anak imi mengalami kesulitan signifikan.

“Tapi di dalamnya kemampuan menalar, karena membaca dan menulis perlu penalaran perlu logika berpikir. Ketika lambat makanya sampai SMP belum bisa baca tulis,” lanjut dia.

Retno menambahkan, kondisi tersebut bisa berasal dari faktor genetik maupun sejak kelahiran.

Anak-anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata akan terus tertinggal jika disamakan dengan siswa reguler tanpa penanganan khusus.

Meski demikian, mereka tetap dapat dididik dalam bidang keterampilan yang sesuai dengan kapasitas masing-masing.

“Mereka tetap punya makna dan peran baik di masayarakat dan punya penghasilan. Kalau mereka memang kemampuannya borderline memang lama sekali. Tetap tidak akan bisa baca tilis namun biasanya bertahap bisa 5-10 tahun mereka bisa menghafal,” kata dia.

Retno menekankan pentingnya pendidikan inklusi dan pelatihan keterampilan bagi siswa dengan disabilitas intelektual.

Ia mengusulkan pembentukan kelas khusus di SMP dan SMK, serta pelibatan balai latihan kerja sebagai jalur alternatif.

“Bisa kami kasih gambaran kalau SMP kemungkinan besar pasti disabilitas intelektual. Sekolah perlu bentuk kelas inklusi sehingga bikin program ke SMK yang inklusi sehingga bisa bekerja,” jelasnya.

“Balai latihan kerja punya peranan penting. Kalau suka seni suka bermain gamelan, bisa pentas di hotel. Sesuai kemampuan mereka,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *