
Edisi Monopoli Bali ini dirancang dengan konsep pariwisata berbasis budaya dan berkelanjutan yang menarik.
Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata, Ni Made Ayu Marthini, menjelaskan bahwa permainan ini tidak hanya mengenalkan objek wisata, tetapi juga mengajak pemain berpartisipasi dalam menjaga lingkungan, alam, dan budaya di Pulau Dewata.
Dalam permainan ini, peserta diwajibkan membayar biaya restorasi sebesar Rp 100 juta saat mendapatkan kartu umum, dan harus mengikuti kegiatan membersihkan pantai jika mendapatkan kartu layanan sosial.
“Jadi memang menyesuaikan dengan Bali, ada alam, budaya dan lainnya,” ujarnya pada Senin (12/5/2025).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama perusahaan terkait membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk menentukan titik perhentian dalam permainan Monopoli.
Kemenparekraf memiliki kebebasan dalam memilih lokasi perhentian, dengan tujuan agar berbagai destinasi di Bali dapat diperkenalkan secara merata kepada wisatawan.
“Kami dari kementerian memberikan beberapa ide agar aset properti atau objek wisata tidak hanya fokus ke satu tempat, tetapi mencakup Bali bagian utara, selatan, barat, dan timur. Harapannya, kami ingin turis tidak terjebak di satu lokasi,” tambahnya.
Beberapa objek wisata yang ditampilkan dalam edisi Monopoli ini antara lain Sungai Ayung, Tirta Empul, Tirta Gangga, Gunung Batur, dan Subak Jatiluwih.
Selain itu, terdapat juga titik perhentian untuk wisata kuliner, seperti nasi goreng dan ayam betutu.
Ayu Marthini menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan biaya untuk kerja sama dengan Monopoli dalam menerbitkan edisi khusus Bali.
Baik pemerintah maupun perusahaan sama-sama diuntungkan dari kerja sama ini.
Pemerintah mendapatkan promosi gratis yang menjangkau seluruh dunia, sementara perusahaan dapat meningkatkan penjualan.
“Dengan game ini, minimal Bali menjadi top of mind. Artinya, karena sering bermain, orang akan ingat atau ingin ke Bali, sehingga mereka tahu di mana Sungai Ayung dan mengenal subak.”
“Apalagi, yang bermain mulai dari anak-anak hingga dewasa, pengikutnya banyak,” katanya.
Ayu Marthini berharap permainan Monopoli ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali.