
Pemilik nama lengkap Ni Komang Ari Pebriyani (36) itu telah mengenal lontar sejak kelas 3 SMP. Hingga kini, kecintaannya pada lontar tak pernah pupus.
Pebri tak ingin upaya melestarikan lontar hanya berhenti pada dirinya.
Karenanya, ia juga mendidik anak-anak, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di banjar dan desa-desa.
“Saya suka dunia anak dan ingin mereka ikut melestarikan budaya Bali, khususnya aksara. Miris melihat terkadang di sekolah tidak ada guru bahasa Bali khusus, jadi banyak yang kurang paham,” ucapnya, Rabu (14/5/2025).
Bagi Pebri, lontar begitu unik, sangat tepat sebagai ikon Pulau Bali. Lontar kaya akan pengetahuan, tidak hanya tentang tradisi dan budaya, namun juga berkaitan dengan hal-hal modern.
Hanya saja, cara penyampaiannya yang tradisional.
“Hampir seperti mengupas teka-teki yang penuh dengan kode rahasia. Kadang ada kata yang tidak dimengerti. Cari di kamus tidak ada, jadi susah dimengerti,” ungkap dosen tidak tetap di UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini.
Ia sangat khawatir apabila suatu saat lontar akan punah dan tak seorang pun bisa lagi menuliskannya.
Namun, Pebri sedikit lega sebab lontar sudah masuk dalam mata pelajaran wajib di sekolah.
Pada tahun 2011, Pebri mendirikan Widyaksara Nyurat Lontar. Usaha tersebut difokuskan bergerak di bidang penulisan dan penerjemahan, serta penjualan barang-barang atau peralatan yang berhubungan dengan lontar.
Beberapa kali Pebri juga berkolaborasi menciptakan produk kekinian yang menggunakan bahan dasar lontar, di antaranya hiasan dinding, gantungan kunci, maupun menu restoran.
Sebelum tradisi ini diambil dan diakui oleh negara lain, Pebri ingin mengajak masyarakat Bali untuk bersama-sama mempertahankan dan melestarikan tradisi menulis lontar.
“Jangan takut dan jangan menyerah untuk mempelajarinya. Di awal memang agak sulit. Tapi jika sudah tahu teknik yang benar, maka akan seru sekali,” ajaknya.
Febri bersama suaminya juga mendirikan Sanggar Widyak Aksara yang bergelut di bidang keterampilan berbahasa Bali untuk anak-anak.
Termasuk di dalamnya latihan puisi bahasa Bali, mesatua, matembang, dan belajar aksara sambil bermain.